Minggu, 08 Desember 2013

Kematangan Emosional

Menurut analisis Hollingsworth dan Morgan dalam young (1975:84-87) gambaran orang yang matang emosinya adalah sebagai berikut:

  1. Gradasi atau derajat toleransi terhadap frustasi. Orang yang matang emosinya mampu memberikan gradasi respon emosional, atau mempunyai derajat toleransi terhadap rasa frustasi. Misalnya seseorang yang matang emosinya tidak akan berteriak atau menendang hanya karena ditolak pertolongan pada saat makan malam.
  2. Pengurangan frekuensi dan derajat kekacauan emosional. Orang yang matang emosinya tidak mudah meledakkan emosinya sesering yang ditunjukkan oleh anak-anak. Misalnya ketika jarinya terluka, ia tidak akan berteriak keras-keras seperti anak-anak, tetapi ia akan menyesuaikan dengan usianya, situasi, waktu dan tempat, dan dia menggunakan pertimbangan dalam merespon, tidak sering marah dan tidak mudah menangis.
  3. Perilaku yang impulsif dan eksplosif. Orang yang matang emosinya mampu menunda responnya dan respon yang diberikan tidak empulsif sebagaimana respon emosional anak-anak. Anak-anak tidak dapat menunda dalam mengekspresikan emosinya, seperti marah, senang atau takut. Bila dalam keadaan marah, maka ia akan melompat-lompat, tetapi dalam kondisi ketakutan ia akan menangis dan berlari. Orang yang matang emosinya tidak demikian, ia mampu menunda dalam mengekspresikan emosinya.
  4. Sikap menghargai diri sendiri. Orang yang matang emosinya mampu mengendalikan self pity(mengasihi diri sendiri)dan mempunyai sikap menghargai diri sendiri(attitude of self regard). Mereka tidak menunjukkan rasa kasihan terhadap diri sendiri secara berlebihan, melainkan sesuai dengan rasa kasihan yang ditunjukan orang lain terhadap dirinya. Ego seseorang yang terluka dapat membangkitkan rasa kasihan terhadap diri sendiri, dimana anak-anak perasaan ini tidak terbatasi, sementara orang yang matang emosinya tidak tenggelam dalam perasaan ini.
  5. Manifestasi emosional. Orang yang matang emosinya mampu menghambat manifestasi emosinya. Misalnya seseorang dalam keadaan sedih, maka ia akan menahan keluarnya air mata, bila marah akan mengontrol ekspresi kemarahannya.
Individu yang matang secara emosional mampu memahami lingkungan serta menerima dirinya sendiri dan orang lain secara objektif. Kondisi ini menurut pikunas (1976:306)ditandai dengan enam ciri, yaitu: 
  1. Kemampuan merespon secara berbeda-beda dalam kaitannya dengan kebutuhan dan faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang terlibat dalam situasi-situasi tertentu. Hal ini disebabkan individu yang matang secara emosional memiliki keanekaragaman bentuk emosi dan dapat mengekspresikan gejolak emosinya sesuai dengan norma yang dapat diterima oleh masyarakat.
  2. Kemampuan menyalurkan tekanan-tekanan, impuls-impuls dan emosi-emosi dalam bentuk perilaku yang konstruktif dan mengarahkannya ke arah tujuan yang positif.
  3. Kemampuan membangun pola hubungan interdepensi dan mampu memelihara peran-perannya secara fleksibel.
  4. Kemampuan memperkaya ketrampilan dalam memahami potensi-potensi keterbatasan dirinya, serta mencari penyelesaian atas problem-problemnya secara kreatif dan mendapat persetujuan dari orang lain.
  5. Kemampuan untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain dan mampu memandang dirinya dan orang lain dengan rasa hormat. Disamping itu juga mampu mempertimbangkan dan menilai alternatif-alternatif dan konsekuensi-konsekuensi dari perilakunya.
Dari berbagai pendapat sebagaimana telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Stabilitas dalam merespon. Individu pada waktu merespon emosinya relatif stabil dalam arti tidak mudah berubah dari emosi ke emosi yang lain pada saat yang sama.
  2. Selektivitas dalam merespon. Individu mampu membedakan tingkat respon emosional. Jadi diharapkan tidak merespon secara keseluruhan, tetapi mampu membatasi secukupnya mana hal-hal yang perlu ditanggapi dan mana hal-hal yang tidak perlu ditanggapi.
  3. Tenggang waktu dalam merespon. Individu mampu menilai situasi secara kritis sebelum merespon sesuatu secara emosional, kemudian baru menentukan langkah selanjutnya dalam merespon.
  4. Bersifat realistik. Individu mampu menilai seberapa besar kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi yang dapat dipenuhi untuk diarahkan pada harapan-harapan yang sesuai dengan masyarakat.
  5. Kemampuan mengontrol emosi. Individu-individu mampu mengendalikan ekspresi emosional yang tidak diterima oleh masyarakat dengan menyalurkan kekuatan energi fisik dan mentalnya ke arah cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat.
  6. Adanya rasa kemanusiaan. Individu diharapkan mampu menerima dan memberi rasa kasih sayang, kesetiaan dan mempertimbangkan perasaan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

1 komentar: