Kamis, 19 Desember 2013

Bahasa Pemrograman C, Membuat Bintang Dengan Deret Hitung

#include <stdio.h>
#include <stdlib.h>


/* run this program using the console pauser or add your own getch, system("pause") or input loop */



int main(int argc, char *argv[]) {


int n,i,j; // Deklarasi variabel

printf("Jumlah baris bintang ");
scanf("%d",&n); // Fungsi yang membaca input dari Keyboard

for(i=0;i<n;i++){ // Y Axis
for(j=0;j<2*i+1;j++) // X Axis --> Un = 2U + 1

printf("*"); // Pernyataan yang dikerjakan dengan perulangan For
printf("\n"); // Pernyataan yang dikerjakan tanpa perulangan For
}
return 0;
}

Minggu, 08 Desember 2013

Menggambar Kurva Sinus dengan VB 6.0

Private Sub Command1_Click()

Dim X, Y As Integer

Me.Picture1.Cls
Me.Picture1.BackColor = RGB(0,0,0)'Latar belakang warna Hitam

For X = 500 To 2000
    Y = 1000 - 700 * Sin(X/300)

Me.Picture1.PSet(X,Y), QBColor(15)'Kurva warna putih

Next X

End Sub


Pemrograman C Untuk Menampilkan IP Address

#include <stdlib.h>

/* run this program using the console pauser or add your own getch, system("pause") or input loop */

// Program untuk menampilkan route

int main(int argc, char *argv[]) {

system("C:\\Windows\\System32\\ipconfig");
system("pause");

return 0;
}

Kematangan Emosional

Menurut analisis Hollingsworth dan Morgan dalam young (1975:84-87) gambaran orang yang matang emosinya adalah sebagai berikut:

  1. Gradasi atau derajat toleransi terhadap frustasi. Orang yang matang emosinya mampu memberikan gradasi respon emosional, atau mempunyai derajat toleransi terhadap rasa frustasi. Misalnya seseorang yang matang emosinya tidak akan berteriak atau menendang hanya karena ditolak pertolongan pada saat makan malam.
  2. Pengurangan frekuensi dan derajat kekacauan emosional. Orang yang matang emosinya tidak mudah meledakkan emosinya sesering yang ditunjukkan oleh anak-anak. Misalnya ketika jarinya terluka, ia tidak akan berteriak keras-keras seperti anak-anak, tetapi ia akan menyesuaikan dengan usianya, situasi, waktu dan tempat, dan dia menggunakan pertimbangan dalam merespon, tidak sering marah dan tidak mudah menangis.
  3. Perilaku yang impulsif dan eksplosif. Orang yang matang emosinya mampu menunda responnya dan respon yang diberikan tidak empulsif sebagaimana respon emosional anak-anak. Anak-anak tidak dapat menunda dalam mengekspresikan emosinya, seperti marah, senang atau takut. Bila dalam keadaan marah, maka ia akan melompat-lompat, tetapi dalam kondisi ketakutan ia akan menangis dan berlari. Orang yang matang emosinya tidak demikian, ia mampu menunda dalam mengekspresikan emosinya.
  4. Sikap menghargai diri sendiri. Orang yang matang emosinya mampu mengendalikan self pity(mengasihi diri sendiri)dan mempunyai sikap menghargai diri sendiri(attitude of self regard). Mereka tidak menunjukkan rasa kasihan terhadap diri sendiri secara berlebihan, melainkan sesuai dengan rasa kasihan yang ditunjukan orang lain terhadap dirinya. Ego seseorang yang terluka dapat membangkitkan rasa kasihan terhadap diri sendiri, dimana anak-anak perasaan ini tidak terbatasi, sementara orang yang matang emosinya tidak tenggelam dalam perasaan ini.
  5. Manifestasi emosional. Orang yang matang emosinya mampu menghambat manifestasi emosinya. Misalnya seseorang dalam keadaan sedih, maka ia akan menahan keluarnya air mata, bila marah akan mengontrol ekspresi kemarahannya.
Individu yang matang secara emosional mampu memahami lingkungan serta menerima dirinya sendiri dan orang lain secara objektif. Kondisi ini menurut pikunas (1976:306)ditandai dengan enam ciri, yaitu: 
  1. Kemampuan merespon secara berbeda-beda dalam kaitannya dengan kebutuhan dan faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang terlibat dalam situasi-situasi tertentu. Hal ini disebabkan individu yang matang secara emosional memiliki keanekaragaman bentuk emosi dan dapat mengekspresikan gejolak emosinya sesuai dengan norma yang dapat diterima oleh masyarakat.
  2. Kemampuan menyalurkan tekanan-tekanan, impuls-impuls dan emosi-emosi dalam bentuk perilaku yang konstruktif dan mengarahkannya ke arah tujuan yang positif.
  3. Kemampuan membangun pola hubungan interdepensi dan mampu memelihara peran-perannya secara fleksibel.
  4. Kemampuan memperkaya ketrampilan dalam memahami potensi-potensi keterbatasan dirinya, serta mencari penyelesaian atas problem-problemnya secara kreatif dan mendapat persetujuan dari orang lain.
  5. Kemampuan untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain dan mampu memandang dirinya dan orang lain dengan rasa hormat. Disamping itu juga mampu mempertimbangkan dan menilai alternatif-alternatif dan konsekuensi-konsekuensi dari perilakunya.
Dari berbagai pendapat sebagaimana telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Stabilitas dalam merespon. Individu pada waktu merespon emosinya relatif stabil dalam arti tidak mudah berubah dari emosi ke emosi yang lain pada saat yang sama.
  2. Selektivitas dalam merespon. Individu mampu membedakan tingkat respon emosional. Jadi diharapkan tidak merespon secara keseluruhan, tetapi mampu membatasi secukupnya mana hal-hal yang perlu ditanggapi dan mana hal-hal yang tidak perlu ditanggapi.
  3. Tenggang waktu dalam merespon. Individu mampu menilai situasi secara kritis sebelum merespon sesuatu secara emosional, kemudian baru menentukan langkah selanjutnya dalam merespon.
  4. Bersifat realistik. Individu mampu menilai seberapa besar kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi yang dapat dipenuhi untuk diarahkan pada harapan-harapan yang sesuai dengan masyarakat.
  5. Kemampuan mengontrol emosi. Individu-individu mampu mengendalikan ekspresi emosional yang tidak diterima oleh masyarakat dengan menyalurkan kekuatan energi fisik dan mentalnya ke arah cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat.
  6. Adanya rasa kemanusiaan. Individu diharapkan mampu menerima dan memberi rasa kasih sayang, kesetiaan dan mempertimbangkan perasaan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Jumat, 06 Desember 2013

Pemrograman C Untuk Menampilkan Route

#include <stdlib.h>

/* run this program using the console pauser or add your own getch, system("pause") or input loop */

// Program untuk menampilkan route

int main(int argc, char *argv[]) {

system("C:\\Windows\\System32\\route print");
system("pause");

return 0;
}

Kamis, 05 Desember 2013

Kematangan Sosial

Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, seseorang selalu diharapkan dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat dimana ia tinggal. Menurut Medinus dan Johnson(1976:289-290) salah satu syarat utama agar seseorang dapat diterima di lingkungan sosialnya adalah kematangan sosial pada diri orang tersebut.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan sosial baik yang berasal dari dalam diri individu maupun yang berasal dari lingkungan sosialnya, yaitu:

  1. Usia kronologis dan usia mental seseorang. Semakin bertambah usia seseorang, semakin besar variasi ketrampilan dan semakin besar pula kualitasnya. Hal ini dikarenakan setiap usia tertentu mempunyai taraf perkembangan tertentu pula sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat kematangan sosial seseorang.
  2. Urutan kelahiran. Karena rangsangan dan dorongan yang lebih banyak dari orang tua, maka perkembangan seseorang sebagai anak pertama cenderung lebih daripada seseorang yang dilahirkan kemudian.
  3. Jenis kelamin. Wanita biasanya mempunyai minat sosial dan orientasi sosial yang lebih tinggi daripada laki-laki. Disamping itu, perkembangan bahasa pada wanita terjadi lebih dulu bila dibandingkan dengan laki-laki, sehingga penguasaan berbicara mereka lebih cepat.
  4. Keadaan sosial ekomomi. Seseorang yang berasal dari kelompok sosial yang lebih rendah mempelajari ketrampilan menolong diri sendiri lebih awal dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi.
  5. Ukuran keluarga. Seseorang yang berasal dari keluarga besar diharapkan dapat mempelajari ketrampilan sosial pada usia yang lebih awal dibandingkan seseorang yang berasal dari keluarga kecil.
  6. Bentuk tubuh. Mereka yang berbentuk tubuh mesomorfi (atletis) mempunyai energi yang lebih banyak dan kuat, sehingga lebih mudah mempelajari ketrampilan sosial dibandingkan mereka yang bertubuh ektomorfi (kurus) maupun endomorfi (gemuk).
  7. Kepopuleran. Mereka yang populer dan diterima di lingkungannya adalah merupakan motivasi kuat untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan sosial.
  8. Kepribadian. Mereka yang merasa dirinya tidak mampu dalam suatu hal, sering mendukung konsep dirinya menjadi lebih rendah. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan diri yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Rigness at al.(1957:305-307) menyatakan bahwa seseorang dikatakan mempunyai tingkat kematangan sosial yang tinggi apabila ia mempunyai kriteria sebagai berikut:
  1. Mempunyai hubungan keluarga yang cukup baik, yaitu individu yang tidak mempunyai banyak konflik dengan keluarga. Ia mempunyai afeksi terhadap orang tuanya, mengakui kasih sayang mereka serta sadar bahwa mereka juga mempunyai kesalahan dan kelemahan sebagaimana manusia lain. Ia juga mempunyai kebebasan dalam berpikir disamping mempertimbangkan orang tua.
  2. Mempunyai pandangan praktis dalam menghargai atau menilai orang lain, yakni individu yang mampu untuk membuat persahabatan dengan orang lain. Ia sadar bahwa orang lain mempunyai kelemahan-kelamahan disamping kelebihan-kelebihannya, serta mau mengerti mereka. Ia juga tidak rendah diri terhadap orang lain yang mempunyai kemampuan yang melebihi dirinya.
  3. Mempunyai rasa aman terhadap teman sebayanya, disamping mampu membuat hubungan dengan orang lain yang lebih tua dan orang yang lebih mudah, yaitu individu yang mampu berusaha agar dirinya sukses dan diterima oleh teman sebaya maupun oleh lingkungan, serta tidak meminta perhatian yang berlebihan demi keuntungan dirinya.
  4. Dapat menempatkan masalah seks dalam pandangan yang sopan, yaitu individu yang mampu memandang dorongan-dorongan seksualnya secara normal dan mampu untuk menyesuaikan dengan norma-norma yang berlaku di lingkungannya.
  5. Menerapkan kebiasaan-kebiasaan serta peraturan-peraturan masyarakat secara praktis, yaitu individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dimana ia tinggal. Ia mampu menerima cara yang praktis untuk bergaul dengan orang lain serta mempertimbangkan masak-masak terlebih dahulu sebelum melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam berperilaku.